Senin, 26 September 2011

TIRATTANA/TRI RATNA


Tri Ratna

                                               Sammasambuddha

BUDDHA RATANA            Pacceka Buddha 

                                               Savaka Buddha                        

                                                                                       Vinaya Pitaka
                                               Pariyati Dhamma           Sutta Pitaka
                                                                                       Abhidhamma Pitaka

                                                                                       Sila
DHAMMA RATANA          Pattipati dhamma           Samadhi
                                                                                       Panna

                                                                                       Magga
                                               Pativedha dhamma        Phala
                                                                                      Nibbana

                                               Sammuti sangha
SANGHA RATANA
                                               Arya sangha

Seorang telah menjadi umat Buddha bila ia menerima dan mengucapkan Tri Ratna (Skt) atau Tiga Mustika (Ind) yang berarti Buddha, Dharma, Sangha. Pada Saat sembahyang atau kebaktian di depan altar Hyang Buddha. Tri Ratna secara lengkap diucapkan dengan tenang dan khusuk sampai tiga kali atau disebut Trisarana. Trisarana adalah sebagai berikut:

Bahasa Pali:
Buddhang Saranang Gacchami
Dharmang Saranang Gacchami
Sanghang Saranang Gacchami
Dutiyampi Buddhang Saranang Gacchami
Dutiyampi Dharmang Saranang Gacchami
Dutiyampi Sanghang Saranang Gacchami
Tatiyampi Buddhang Saranang Gacchami
Tatiyampi Dharmang Saranang Gacchami
Tatiyampi Sanghang Saranang Gacchami
 
Bahasa Indonesia :
Aku Berlindung kepada Buddha
Aku Berlindung kepada Dharma
Aku Berlindung kepada Sangha
Kedua kali Aku Berlindung kepada Buddha
Kedua kali Aku Berlindung kepada Dharma
Kedua kali Aku Berlindung kepada Sangha
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Buddha
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Dharma
Ketiga kali Aku Berlindung kepada Sangha

1.1. Buddha
Berasal dari bahasa Sansekerta budh berarti menjadi sadar, kesadaraan sepenuhnya; bijaksana, dikenal, diketahui, mengamati, mematuhi. (Arthur Antony Macdonell, Practical Sanskrit Dictionary, Oxford University Press, London, 1965).
Tegasnya, Buddha berarti seorang yang telah mencapai Penerangan atau Pencerahan Sempurna dan Sadar akan Kebenaran Kosmos serta Alam Semesta. “Hyang Buddha” adalah seorang yang telah mencapai Penerangan Luhur, cakap dan bijak menuaikan karya-karya kebijakan dan memperoleh Kebijaksanaan Kebenaraan mengenai Nibbana serta mengumumkan doktrin sejati tentang kebebasan atau keselamatan kepada dunia semesta sebelum parinibbana.
Hyang Buddha yang berdasarkan Sejarah bernama Shakyamuni pendiri Agama buddha. Hyang Buddha yang berdasarkan waktu kosmik 1) ada banyak sekali dimulai dari Dipankara Buddha.

1.2. Dharma
Hukum Kebenaran, Agama, hal, hal-hal apa saja yang berhubungan dengan ajaran agama Buddha sebagai agama yang sempurna.
Dharma mengandung 4 (empat) makna utama :
1.      Doktrin
2.      Hak, keadilan, kebenaran
3.      Kondisi
4.      Barang yang kelihatan atau phenomena.
Buddha Dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkan Pandangan Terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan atau kegelapan batin dan penderitaan disebabkan ketidakpuasan. Buddha Dharma meliputi unsur-unsur agama, kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika, dan sebagainya. Tripitaka Mahayana termasuk dalam Buddha Dharma.

1.3. Sangha
Persaudaraan para Bhikkhu, Bhikkhuni (pada waktu permulaan terbentuk). Kemudian, ketika agama Buddha Mahayana berkembang para anggotanya selain para Bhikkhu, Bhikkhuni, dan juga para umat awam yang telah upasaka dan upasika dengan bertekad pada kenyataan tindak-tanduknya untuk menjadi seorang Bodhisattva, menerima dan mempraktekkan Pancasila Buddhis ataukah Bodhisattva Sila.
Bhikkhu (sebutan untuk lelaki) dan Bhikkhuni (sebutan untuk perempuan) adalah seseorang yang kehidupanya sudah tidak lagi mencampuri urusan duniawi, telah menjalankan kehidupan suci, dan patuh serta setia menghayati dan mengamalkan Buddha Dharma, patuh menjalankan Pattimokka (Sila-sila untuk para Bhikkhu dan Bhikkhuni) terdapat di dalam buku Buddha Mahayana yakni Pacchimovada Pari Nibbana Sutra terjemahan oleh Kumarajiva.
 
Arya Sangha
Semata-mata terdiri dari para Bodhisattva yang telah memasuki tingkat kedua atau lebih mengenai Jalan Penerangan atau Pencerahan Tertinggi. Sebagian dari para Bodhisattva mungkin kehidupannya sebagai Bhikkhu dan lainnya sebagai umat awam. (A Survey of Buddhism, Bab : The Mahayana Sangha, hal : 263-267).
Di kutip dari : www.forumbuddha.com
“Makhluk apa pun juga, yang lemah dan kuat tanpa kecuali, yang panjang atau besar, yang sedang, pendek, kecil, atau gemuk, yang tampak atau tak tampak, yang jauh ataupun dekat, yang telah lahir atau yang akan lahir, Semoga semua makhluk berbahagia”. (Sutta Nipata 146 – 147).

Catvari Arya Satyani
Khotbah Hyang Buddha Shakyamuni yang pertama kali kepada lima pertapa mantan teman seperjuangan-Nya sewaktu bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela selama enam tahun lamanya. Khotbah pertama kali ini di taman Rusa Isipatana, di Mrigadava, Veranasi, atau dikenal dengan nama Pemutaran Roda Dharma (Dharmacakka Pavattana Sutta) yakni mengenai 4 (empat) kesunyataan Utama atau Kebenaran Mulia (Cattari Arya Saccani) dan 8 (delapan) Jalan Utama atau Jalan Benar dan Suci sebagai Jalan Tengah (Arya Attangika Magga).
Cattari Arya Saccani atau 4 Kesunyataan Utama :
a)      Derita (Dukkha),
b)      Asal mula derita (Dukkha Samudaya),
c)      Penghentian derita (Dukkha Nirodha),
d)     Jalan menuju penghentian derita (Dukkha Nirodha Gaminipattipada/Magga).
Jalan itu adalah 8 (delapan) Jalan Utama/Mulia/Benar dan Suci adalah:
Bhs. Sansekerta
1.      Pengertian Yang Benar (Samma-ditti) Panna = (Kebijaksanaan)
2.      Pikiran Yang Benar (Samma-samkappa) Panna = (Kebijaksanaan)
3.      Berbicara Yang Benar (Samma-vaca) Sila = (Moralitas)
4.      Perbuatan Yang Benar (Samma-kammanta) Sila = (Moralitas)
5.      Penghidupan Yang Benar (Samma-ajiva) Sila = (Moralitas)
6.      Berusaha Yang Benar (Samma-Vayama) Samadhi = (Mental/Konsentrasi)
7.      Perhatian Yang Benar (Samma-Sati) Samadhi = (Mental/Konsentrasi)
8.      Konsentrasi Yang Benar (Samma-Samadhi) Samadhi = (Mental/Konsentrasi)

  • Apa itu derita atau penderitaan (Dukkha) ?
Hidup dalam bentuk apa pun dialam samsara ini adalah derita atau penderitaan (Dukkha), Penderitaan (Dukkha) berarti juga :kesedihan, keluh-kesah, sakit atau kesakitan, kesusahan, dan putus asa yang sering dialami oleh jasmani maupun batin kita, Dilahirkan, Usia tua, sakit, meninggal adalah penderitaan. Berhubungan atau berkumpul dengan orang yang tidak disukai adalah penderitaan, Berpisah atau ditinggalkan oleh orang yang dicintai adalah penderitaan, Tidak memperoleh apa yang kita inginkan atau tidak mencapai apa yang kita cita-citakan adalah penderitaan, Masih memikul beban tanggung jawab baik dalam hubungan keluarga maupun guru terhadap murid adalah juga penderitaan, Masih memiliki 5 (lima) kandha atau Panca-kandha yang bekerja aktif adalah juga penderitaan, (Panca-kandha adalah lima kumpulan penderitaan yang melekat pada jasmani kita yaitu:
1.      Rupa : bentuk, tubuh, badan jasmani,
2.      Sanna : pencerapan
3.      Sankara : pikiran,benruk-benruk mental,
4.      Vedana : perasaan
5.      Vinnana : kesadaran.)
Secara singkat diuraikan Kesunyataan Yang Pertama seperti di atas dan sebagai tambahan: bahwa semua kehidupan dengan tidak ada terkecualinya, termasuk dalam panca-kandha adalah sesuatu yang menyedihkan dan dicengkeram oleh penderitaan, sesuatu yang tidak kekal, sesuatu yang tidak berpribadi, dan hampa adanya.

  • Apa itu Asal-mula derita atau penderitaan) (Dukkha Samudaya) ?
Idaman ini (trsna), yang menuju pada eksistensi yang diperbaharui, ditemani oleh nafsu keinginan rendah (tanha), yang mengambil kesenangan dalam berbagai obyek, di mana sebagai sebab dari kelahiran dan terlahir kembali (tumimbal lahir). Dikarenakan didorong oleh Tanha yang sangat kuat sekali pada pikiran, sebagai contoh : keinginan kita untuk memiliki apa yang kita inginkan, atau keinginan untuk melenyapkan semua keadaan yang kita benci atau tidak disukai. Dengan Tanha untuk kenikmatan dan kesenangan duniawi, haus dengan cinta, rakus dengan harta, gila hormat atau khilaf dengan kuasa atau kedudukan dikarenakan kemelekatan, kebodohan atau kegelapan batin (avijja), semua ini menyebabkan asal-mula derita.
Tanha atau nafsu keinginan rendah yang tiada habis-habisnya. Orang yang pasrah kepada Tanha sama saja dengan orang meminum air asin untuk menghilangkan rasa hausnya.
Penjelasan tambahan bahwa Kesunyataan yang Kedua ini, mengajarkan bahwa semua penderitaan, atau dengan kata lain, semua kehidupan dikarenakan keinginan (tanha), dikarenakan nafsu keserakahan (lobha), kebencian (dosa), dan kebodohan (moha), yang mengakibatkan Tumimbal Lahir dan penderitaan, yang menjelma sebagai gerak-gerik atau aktivitas dari badan, ucapan atau perkataan, dan pikiran. Tidak dapat mengerti dengan jelas bahwa segala sesuatu didunia ini adalah tidak kekal (anicca). Karena itu, Kesunyataan yang Kedua ini juga termasuk dalam pelajaran Karma dan Tumimbal Lahir, juga sebagai Hukum Sebab-Akibat Yang saling bergantungan (Hukum Paticca Samuppada) dari semua lelakon kehidupan.

  • Apa itu Penghentian atau Lenyapnya derita/penderitaan (Dukkha Nirodha)?
Nirodha berarti Lenyapnya Penderitaan yang sama artinya dengan lenyapnya nafsu keinginan rendah (tanha) atau lenyapnya keinginan dari pikiran. Kalau Tanha dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan berbahagia sekali, karena telah terbebas dari semua kekotoran batin yakni Loba, Dosa, dan Moha.
Kesunyataan yang Ketiga ini mengajarkan tentang lenyapnya sama sekali mengenai “Aku” (atta) dan pembebasan diri dari Roda Samsara atau Roda Tumimbal lahir dan menuju Nibbana.
Penjelasan tambahan bahwa Kesunyataan yang Ketiga ini mengajarkan tentang lenyapnya sama sekali rasa “Aku” atau keinginan dari kehidupan, dan semua bentuk khayalan atau idaman yang berhubungan dengan itu, membersihkan segala kekotoran batin dari Loba, Dosa, Moha, yang sewajarnya harus ditujukan pada Pembebasan dari Tumimbal lahir dan Penderitaan, yaitu menuju tercapainya Nibbana.

  • Apa itu Jalan Menuju Lenyapnya atau Penghentian derita (Dukkha Nirodha Gamini Pattipada/Magga)?
Marga berarti Jalan untuk melenyapkan penderitaan, yaitu 8 (delapan) Jalan Utama (Hasta Arya Magga) : Pengertian yang benar, pikiran yang benar, berbicara yang benar, perbuatan yang benar, penghidupan yang benar, berusaha yang benar, perhatian yang benar, konsentrasi yang benar. Jalan beruas delapan ini memberikan petunjuk untuk menuju Pembebasan dari Penderitaan, dan pula mengandung praktek dari pelajaran Hyang Buddha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar